17 Feb 2020

Suaru hari, aku pernah mempercayakan kembali hati ini kepada seseorang yang menurutku ia adalah orang yang paling teraman di dunia ini. Dia yang sangat hangat dan sederhana, aku tau. Dia juga punya masalalu yang sangat pahit sepertiku, dikhianati orang yang sempat dipercayakan untuk menjaga hatinya. Entah, sebuah pertemuan di acara resepsi pernikahan waktu itu, membuat aku tak menduga bahwa semua berakhir menjadi seperti ini, bertemu setelah masing masing dari kami baru saja selesai dengan kisah masa lalu kami yang hampir serupa; dikhianati.
Seperti halnya sebuah elektrokardiograf, jika seseorang itu dinyatakan hidup jika di dalam kertas kardio itu terdapan garis memuncak dan menurun serta mendatar kembali.. jadi hubungan kami tidak juga luput dari beragam rasa suka maupun duka. Segala rasa dan kerikil tajam dalam perjalanan kami lewati perlahan bersama, meyakinkan diri sendiri atas apa yang telah kami perjuangkan akan berujung bahagia sesuai dengan harapan. Rasanya tidak ada lagi hasrat untuk melirik kekanan atau kekiri sekedar mencari samdaran rehat. Karena yang ku tau, cinta sejati itu hanya aku dan dia. Segalanya apapun yang ku alami dan ku rasakan akan terasa lebih indah kubagi hanya dengan pasangan ku. Cita cita ku kini sederhana: ingin menjadi orang yang kau percaya untuk menjadi istri mu sehidup dan semati. Aku terlihat buta cinta bukan? Haha, tidak apa. Aku rasa hanya orang yang munafik jika mereka berkata tidak menginginkannya.